HARI GIZI NASIONAL KE 63

HARI GIZI NASIONAL ke 63 

“Isi Piringku Kini Kaya Protein Hewani”

PROTEIN HEWANI CEGAH STUNTING

 

Tahun ini Hari Gizi Nasional (HGN) mengambil tema Protein Hewani Cegah Stunting sebagai ajakan secara terus menerus dilakukan yang untuk mencegah stunting pertumbuhan anak – anak.

Upaya yang dilakukan secara masif ini tentunya harus melibatkan semua komponen masyarakat dan professional. Secara umum tanggung jawab untuk memperkenalkan berbagai jenis makan kepada anak – anak menjadi tanggung jawab orang tua, terutama menyediakan makanan tersebut. 

Savage, Fisher & Birch, 2007 menyebutkan bahwa orangtua khususnya ibu yang mengasuh anak memainkan peranan dalam penataan pengalaman anak terkait makanan dan makan. Bisa kita perhatikan yang terjadi di sekitar kita, tidak sedikit anak mengalami problem makan. Hampir sebagian ibu mengalami kesulitan dalam memberi makan pada anak. Sayangnya karena banyak ibu yang mengalami permasalahan ini, menyebabkan hal tersebut dianggap sebagai pemasalahan yang wajar terjadi pada anak – anak. Serupa dengan kasus ketika anak terlambat bicara, masih banyak orang tua yang beranggapan nanti ‘saatnya’ anaknya akan bisa bicara. Bisa kita lihat masih jarang orang tua yang datang ke profesional ketika anaknya mengalami gangguan makan.

Professional di bidang perkembangan anak sudah cukup banyak yang menyampaikan bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak pada lima tahun pertama kehidupan merupakan waktu yang menunjukkan pertumbuhan fisik dan perubahan fisik  yang cepat. Perilaku makan anak merupaan pondasi untuk pembentukan pola makan dikelak kemudian hari  dan perilaku ini cenderung menetap hingga remaha bahkan dewasa (Ogden 2014).

Macam – macam problem perilaku makan pada anak yang sering kita jumpai mulai dari gerakan tutup mulut ketika disuapi makan, memilih makanan / hanya mau makanan tertentu, makanan disimpan lama didalam mulut, sulit / menolak / enggan mencoba makanan baru, bahkan memuntahkan makanan.

Kebanyakan orang tua menyelesaikan problem perilaku pada makan dengan cara sedikit memaksa anak untuk tetap makan, memberi vitamin/suplemen penambah nafsu makan, atau menggantinya dengan asupan makanan yang dianggap pengganti.

Cara terakhir yang saya sebutkan diatas seringkali muncul didalam ruang konseling ketika membahas anak yang memiliki problem perilaku makan. Orang tua seolah mengabaikan kebutuhan asupan makanan, misal yang dibutuhkan adalah karbohidrat, protein, lemak, serat, vitamin yang didapatkan ketika mengkonsumsi Nasi, lauk pauk, sayuran, buah buahan. Yang terjadi kemudian, banyak orang tua menggantinya dengan memberikan susu dalam jumlah berlebih, padahal setelah 2 tahun, anak – anak tidak disarankan mengkonsumsi susu formula (asumsinya 2 tahun sdh di sapih ASI) dalam jumlah lebih dari 1 gelas dalam 1 hari.

Adapun penyebab anak mengalami problem perilaku makan cukup beragam, dari yang disebabkan orang tua/pengasuh yang terlalu hati – hati dalam memberikan makanan ketika awal mereka mengenal makanan, terlalu banyak pantangan, karena percaya mitos tertentu terkait makanan, anak – anak sejak kecil terpapar makanan tidak sehat seperti makanan siap saji dan atau makanan instan.

Berikut beberapa cara mengatasi problem perilaku makan pada anak;

  1. Buat saat ketika anak makan adalah kondisi yang menyenangkan. Sangat tidak tepat memaksa anak makan, karena dikhawatirkan anak menjadi mengingat saat makan adalah pengalaman yang tidak menyenangkan dan akhirnya anak akan menghindari waktu makan.
  2. Kurangi memberikan snack / makanan ringan ketika menjelang waktu makan
  3. Ajak anak untuk menyiapkan makanan.
  4. Kondisikan saat menjelang makan mood anak sedang baik.
  5. Hindari makan menjelang waktu tidur, selain karena kurang baik untuk proses pencernaan, juga akan terpengaruh dengan mood anak (ngantuk, gelisah dan sebagainya)
  6. Penting juga membentuk kebiasaan baik saat makan oleh orang dewasa yang ada disekitar anak (orang tua, pengasuh, dll). Anak kecil adalah peniru ulung, dia akan mudah meniru orang disekitarnya, termasuk kebiasaan makan, misal orang dewasa yang makan sambil melakukan aktifitas lainnya. Usahakan mengajarkan mindful eating sejak dini kepada anak anak.

 

Ubah / atasi kebiasaan tidak / kurang baik sedini mungkin, pada anak yang memiliki problem perilaku makan, kemungkinan lebih besar mengalami gangguan makan kelak pada saat dewasa. Gangguan makan pada orang dewasa dikaitkan dengan peningkatan stres dan disabilitas fungsional, masalah terkait kesehatan, dan bahkan kematian (Reichenberg & Seligman, 2016). Pasien dengan gangguan makan mengalami komplikasi fisik, komorbiditas psikologis, kualitas hidup yang buruk, gangguan relasi sosial, distres emosional, isolasi sosial dan masalah ekonomi (Beating Eating Disorders Charity, 2015).

 

Penulis : 

Rifqoh Ihdayati, S.Psi, MAP, Psikolog

Psikolog Klinis Muda di Rumah Sakit Panembahan Senopati

Ketua Ikatan Psikolog Klinis Indonesia Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta

 

Referensi :

Ogden, J. 2014. The Good Parenting Food Guide. West Sussex, UK: Wiley Blackwell

PNPPK I Ikatan Psikolog Klinis Indonesia

Savage, J.S., Fisher, J.O., & Birch, L.L. 2007. Parental Influence on Eating Behavior: 

Conception to Adolescent. Journal Law Medicine Ethics Vol. 35 No.1.: Hal. 22- 34.